Translate to Your Language :)

Setiap orang butuh tempat utk berbagi cerita, aku harap kamu bisa mengerti itu.

22 Jul 2013

Somewhere in Jakarta


Thousand Island *really thousand (?)*

Untuk ke sekian kalinya merasakan asinnya laut Jakarta.
Kamis kemarin, tepatnya tanggal 11 Juli 2013 akhirnya jadi juga pergi berwisata ke Kepulauan Seribu, setelah mengalami beberapa kali hambatan :D
Dimulai dari pelabuhan Rawa Saban, setelah melalui pertimbangan-pertimbangan yang menjadi pertimbangan kami  bersama, kami memutuskan untuk pergi melalui pelabuhan yang seharusnya mengangkut barang (Read: Rawa Saban), bukan orang…...heheee
Kita naik kapal dengan tujuan Pulau Tidung, karena memang banyak yang bilang kalau pulau ini indah dengan pantainya yang bersih.
Sampailah kami pada siang hari sekitar pukul 12.00 WIB, bagaimana keadaannya?..... yah sedikit meleset dari perkiraan kami.

Kami segera berbenah dan merapikan barang di home stay yang telah kami sewa sejak tadi di kapal, dengan biaya 200k untuk satu malamnya.
Ketika sore menjelang, kami memberanikan diri keluar dari sarang nyaman kami (home stay) untuk berpetualang menyusuri Pulau Tidung di sore hari. Angin pantai yang sejuk menambah semangat kami semua. Okey fix!!.... 

 
Catch the sun!.....
    Mengukir memori di bawah pohon mangrove
    Di bawah pohon mangrove
Yuuukk ..... berayunaaaan
Kita sewa sepeda dengan biaya 15k untuk 1 sepeda sehariaaaann.
Kata pemilik rumah (home stay), jembatan cinta merupakan icon dari Pulau Tidung, dapat kita temukan dengan “terus jalan kearah Timur, pokok’e ada di ujung pulau ini, tinggal ikutin jalan aja.” Kita pun mengikuti arahannya dengan menggoes sepeda ke arah timur, di sepanjang jalan kami melewati rumah penduduk sekitar, sembari melemparkan senyum kepada orang yang sengaja atau tidak menatap saya, sambil tetap melanjutkan menggoes sepedanya, pemandangan pantai di sepanjang jalan pun tidak dapat di elakkan, dengan pasir putih yang bercampur dengan sorakan sampah, kami mengagumi sekaligus prihatin. Setelah sampai 15 menit berlalu, di depan gerbang terlihat plang : ”parkir jembatan cinta Rp 2000.” sedangkan saat itu sudah jam 17.00, kami tidak ingin menyiakan uang yang kami bawa untuk parkir hanya 1 jam kurang, jadi kami berbalik arah pulang ke home stay.
Di sepanjang jalan, bila ada pantai yang terbuka, kami menyempatkan diri dulu memakirkan sepeda untuk berfoto dan menikmati udara pantai sore hari beserta sunsetnya.

**
Hari kedua kami lanjutkan untuk ber-snorkeling ria di daerah pulau Payung

Kami menyewa kapal seharga 300k dan memulai janji dengan si empunya kapal dari pukul08.30 WIB, tapi ternyata jam  karet telah membudidaya pada masyarakat Indonesia, si pengemudi baru datang sekitar jam 12.30 WIB.
Selama itu apa yang kami lakukan ?....
Awalnya kami hanya iseng untuk bersepeda mengelilingi pulau lebih ke arah selatan, menuju ujung pulau yang satunya. Pada spot pantai pertama, semua baik-baik saja, kita masih utuh dan kemalangan dimulai pada saat adik saya meninggalkan saya dan mama berduaan di pantai karena ia mengejar rombongan bule yang sudah duluan jalan.
Kami menikmati ujung pulau Tidung yang ternyata masih sangat asri ini, melewati perkampungan penduduk yang hmmm….. ternyata berbeda sekali dengan ujung yang satu, yang dekat dengan dermaga kedatangan, kampong di sini sangat adem dan ramai dengan penduduk. Kami juga sempat mengambil karang-karang yang dibuang pemiliknya di sepanjang jalan, kami benar-benar menikmati udara panas siang bolong dan angin pantai yang berhembus, sampai akhirnya, kami menyadari bahwa kita tersesat dan tak tau arah jalan menuju home stay lagi. Kami berdua bingung kemana jalan yang seharusnya kami pilih, jadi selama 2,5 jam-an, kami berdua hanya berkutat disitu-situ saja tanpa mengetahui arah mana yang seharusnya kami ambil untuk menuju home stay. *oh nooo!

Udara panas dan keringat yang benar-benar mengucur karena menggoes sepeda secara terus menerus membuat kami berdua bener-bener capek dan ngos-ngosan.Tapi untungnya setelah kami memberanikan diri bertanya kepada penduduk sekitar tentang arah yang harus kami ambil, kami jadi bisa kembali lagi ke home stay dengan keadaan utuh dan betis melebar…..hahahah
Setelah setengah jam istirahat di home stay, si pengemudi kapal  tiba-tiba datang dengan muka polosnya dan kami segera mengambil peralatan snorkeling di salah satu rumah penduduk, yang terdiri dari kacamata snorkel, kaki katak, dan pelampung dengan harga sewa 25k.
Tidak butuh waktu yang lama untuk mencapai Pulau Payung ini, karena jaraknya yang memang tidak terlalu jauh dari Pulau Tidung sendiri. 

    Siap menuju ke Pulau Payung
    Siap-siap   snorkeling dengan spot lingkungan Pulau Payung
    Sebelum snorkeling  'style and smile'
Pada spot pertama, saya turun dengan alat lengkap, tetapi lama kelamaan saya merasa tidak cocok dengan kacamata snorkel yang disewakan, sayapun menggantinya dengan kacamata renang biasa yang kami sengaja bawa. Dan ketika saya bosan mengapung terus saya mencoba melepaskan pelampung yang saya pakai (tentunya dengan izin dari orang tua dan pengemudi kapal itu sendiri).
Hasilnya, tubuh terasa lebih enteng dan seperti berenang di kolam renang sekaligus akuarium raksasa, karena saya dapat berenang bersama puluhan ikan kecil dengan warna yang seragam, ada juga ikan berukuran lumayan besar dengan warna yg sedikit mencolok dan tentunya di antara karang-karang dengan bentuknya seperti yang terlukis dalam lukisan…. How Beautiful is It.

    Snorkeling bersama ikan-ikan cantik walaupun tanpa roti
    Berempati bersama ikan.............happ..happ
    Haiii.............. under the sea
    Menyelam karena ingin menyentuh karang di bawah laut
    Segerombolan........fish
nice shoot

Estetis and eksotis
Dapat melihat under the sea suatu anugerah yang ruaarrr biasa
Hasil dari maha karya Yang Agung

Kecantikan alami 

Estetis yang terukir didalam laut
silahkan mengungkapkan sendiri :)

Saya berenang, sampai lupa akan kebutuhan saya sebagai human untuk mengambil oksigen. Saya terlalu menikmati kali ke sekian saya snorkeling ini, sampai dada terasa sesak, baru saya menyembul keluar untuk mengambil oksigen. Begitu berulang-ulang sampai 3 jam kemudian. Dan tiba waktunya kami untuk kembali ke Pulau Tidung karna ombak yang sudah semakin besar.  Sebelum kembali ke home stay, kami juga sempat dibawa ke jembatan cinta. Jembatan ini menghubungkan antara Pulau Tidung Kecil dengan Pulau Tidung Besar. Disebut jembatan cinta, karena (katanya) banyak orang yang pacaran di daerah sekitar jembatan ini, terutama sore hari.



berfoto dengan kucing yang juga ingin eksis.........heheh

yeyyyy ! :D

kapal akan kembali ke home stay, dengan background jembatan cinta dan banana boat yg nganggur
Banyak orang yang melompat dari jembatan yang saya taksir tingginya mencapai 5 meter ini dengan tujuan agar cepat mendapat jodoh. Tapi saya tidak akan bercerita banyak tentang jembatan ini, karena saya sendiripun tidak berani melompat, bukan karna tidak ingin dapat jodoh (sekarang gue jomblo.) tapi lebih ke keselamatan diri saya sendiri karena sering kapal melintas di bawah jembatan.
**

Hari Selanjutnya, yaitu hari ketiga kita awali dengan bangun pagi dan pergi sepagi mungkin. Sekitar pukul 07.00 WIB, kami sudah berangkat dari home stay untuk mengitari beberapa pulau di sekitar Pulau Tidung ini. Harga sewa kapalnya berbeda dengan hari kemarin yang hanya snorkeling. Sewa kapalnya mencapai 500k.
Pulau pertama adalah Pulau Pari,  pulau yang merupakan tempat penelitian dari LIPI yang secara geografi berada di sebelah Tenggara Pulau Tidung. 

 sejenak berfoto di identitas Pulau Pari
Serasa di luar negeri....itu pantainya James Bond yg ada di Jakarta...xixixi
'Beautiful'.....:D
  

Pulau ini terlihat lebih ‘hidup’ bila dibandingkan dengan Pulau Tidung. Banyak warga dan anak kecil yang bermain-main di sepanjang jalan dan lumayan banyak juga home stay yang ada di pulau ini.


Dengan berjalan kaki sekitar 10 menit dari dermaga, kita sudah bisa mencapai Pantai Pasir Perawan.
Pantainya landai dengan pasir yang putih, air yang bening kehijauan dan bergunduk-gunduk tanaman bakau di daerah tengah pantainya, membuat pemandangan pantai  seperti berada di luar negeri. Yang menjadikan Pulau Pari ini “Surga kecil ditengah kota Jakarta” menurut saya.

Pulau yang kedua adalah Pulau Tikus. Banyak orang yang bilang kalau pulau Tikus ini merupakan tempat snorkeling yg bagus. Really (?)……


Bergaya bersama sampah-sampah yang berserakan.....hufft
Pantainya banyak sekali sampah, dan terlihat ada sofa yang hanyut dan akhirnya menyangkut di antara pohon-pohon di pulau ini. Sangat ironis sepertinya yah ?….. Tapi ternyata, setelah saya turun dan menikmati pulau yang tak berpenghuni ini, saya baru menyadari kalau pulau ini memiliki pasir yang putih dan menawan. Mungkin saja ketika saya datang, saya menjadi salah satu pengunjung yang kurang beruntung, karena angin laut sedang membawa sampah-sampah kiriman ke  arah Pulau Tikus ini.

Pulau selanjutnya adalah Pulau Burung. Pulau ini juga tak berpenghuni. Terdapat sebuah bangunan kosong yang nampaknya sudah ditinggal oleh pemiliknya beberapa tahun silam. 

 
Bergaya di depan dermaga Pulau Burung.........nice (y)

Dan pohon-pohon dibiarkan tumbuh menjulang tinggi,  menebarkan aura ke-eksotis-an dan ke-mistis-an tersendiri. Pulau ini mengingatkan saya kepada salah satu film yang pernah saya tonton, dermaganya membuat saya seakan sedang ‘syuting film’ ketika berdiri di atasnya. Hhheee…… dan juga pohon bakau yang tumbuh di tengah pantai,  memancarkan suatu pesona tersendiri bagi saya. estetis sekali, ….:D
    Pesonanya Pulau Burung
Spot terindah.....serasa sedang syuuuuting film
Sesuatu hal memang tidaklah ada yang sempurna, di satu sisi kita melihat keindahan yang terpancar, di sisi lainnya memilukan, ketika melihat ke arah bawah dermaga ehmm…terasa seperti berdiri di TPA. Thanks…mudah-mudahan cepat berlalu TPA tersebut.....:D


Pulau selanjutnya adalah Pulau Payung.

Dermaga apung di Pulau Payung
JUMP :D
 

Pulau yang hari sebelumnya dijadikan spot snorkeling ini, ternyata memiliki dermaga apung yang bagus dan penduduknya ramah-ramah. Indah dan asri sekali. Pulau serasa milik sendiri saat Pulau Payung ini sedang sepi. Hhheeeee……

masih pake pelampung kok :P
    'Big smile' di dalam laut
    Assyiiikk.....bersukaria hilir mudik di dalam laut

    Bersiap untuk naik ke kapal karena hari sudah menjelang malam
Akhirnya sebelum kami kembali ke Pulau Tidung lagi, saya menyempatkan diri untuk turun  snorkeling lagi. Kali ini tanpa perlengkapan snorkeling yang lengkap. Hanya kacamata renang biasa dan pelampung saja. Sungguh nekat….iya…hahahaha…. Karena nekat itu ternyata indah.


  Suatu hari nanti,.............:D
Saya yakin saya bisa menjelajahi semua pulau yang ada di Kepulauan Seribu
Thousand Island, Really Thousand (?)

**
what the same to the good pict

4 komentar:

  1. Salam

    Berbagi Kisah, Informasi dan Foto

    Tentang Indahnya INDONESIA

    www.jelajah-nesia.blogspot.com

    BalasHapus
  2. jadi kangen jumpalitan dari jembatan tidung :)

    BalasHapus

before you comment, THINK first. Thanks :)

Relate Post

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

your visiter number